Dikisahkan , di sebuah desa hiduplah seorang perempuan tua bernama Mbok Sri yang hidup sebatang kara. Mbok Sri ingin sekali memiliki seorang anak, agar dapat merawat dirinya yang sudah mulai tua. Namun, itu semua mustahil karena ia tidak mempunyai suami.
Setiap harinya, Mbok Sri pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Pada suatu hari, di tengah hutan ia bertemu dengan seorang raksasa yang sangat menyeramkan. Mbok Sri sangat ketakutan, tubuhnya gemetaran melihat makhluk yang sangat besar itu. Raksasa itu berkata dengan suara yang sangat membahana.
Raksasa itu memberikan beberapa butir benih tanaman dan menyuruhnya untuk menanam benih dan merawatnya dengan baik, nanti Mbok Sri akan mendapatkan semua yang ia inginkan selama ini. Namun, Mbok Sri tidak boleh menikmati hasilnya sendiri, dan harus memberikan bagian kepada raksasa itu sebagai ucapan terima kasih.
Mbok Sri hanya mengangguk, dan Ia langsung pulang ke rumahnya. Setiba Mbok Sri di rumah, sesuai dengan petunjuk si raksasa itu, di tanamlah benih tersebut. Ajaibnya, keesokan harinya, benih tanaman itu telah tumbuh menjadi tanaman mentimun. Buah-buahnya besar-besar, dan jika terkena sinar matahari warnanya bersinar seperti emas.
Karena penasaran dengan buah mentimun itu, akhirnya di petiklah satu yang paling besar. Saat di belah, Mbok Sri sangat terkejut karena di dalam timun tersebut ada seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Betapa senangnya hati Mbok Sri, karena tidak pernah terbayangkan akan mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik. Karena lahir dari buah mentimun berwarna keemasan, anak itu di beri nama Timun Mas.
Keesokan harinya, di hutan, Mbok Sri bertemu kembali dengan si raksasa. Raksasa itu menagih janji Mbok Sri kepadanya, namun Mbok Yem pun bingung bagaimana mungkin bayi perempuan dibagi. Raksasa itu lalu memperbolehkan Mbok Sri untuk memiliki Timun Mas hingga usianya 17 tahun, setelah itu Timun Mas akan menjadi santapan raksasa.
Timun Mas tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat baik hati dan cantik jelita, selain itu Timun Mas juga sangat rajin membantu ibunya. Ia selalu menemani ibunya mencari kayu bakar di hutan. Kebaikan hati Timun Mas membuat Mbok Sri khawatir kehilangannya, ia sangat menyayangi Timun Mas untuk menjadi santapan si raksasa.
Tahun demi tahun terus berlalu, kini Timun Mas sudah menginjak usia 17 tahun dan sudah waktunya bagi raksasa itu untuk mengambil Timun Mas. Mbok Sri menyuruh Timun Mas bersembunyi di dalam kamar. Tiba-tiba, terdengar suara dentuman yang sangat keras, itu adalah suara langkah kaki si raksasa dan Mbok Sri gemetar ketakutan.
Namun, Mbok Sri beralasan bahwa Timun Mas sedang mandi di sungai. Raksasa itu pun pergi, namun ia akan kembali seminggu kemudian. Mbok Sri dan Timun Mas sangat lega, karena mereka masih memiliki waktu seminggu untuk bersama. Namun, setelah seminggu berlalu dan raksasa itu datang kembali, ibu dan anak ini tetap tidak mau berpisah. Timun Mas kembali bersembunyi, kali ini di dapur dalam tempayan air yang kosong.
Saat ditanya oleh raksasa tentang keberadaan Timun Mas, Mbok Sri mengatakan bahwa Timun Mas sedang pergi menjual kayu di kampung. Dengan setengah marah raksasa itu berteriak, dan ia akan datang seminggu kemudian. Mbok Sri semakin ketakutan dan bingung dengan ancaman si raksasa.
Ia sungguh tidak rela anak perempuannya yang sangat cantik menjadi santapan si raksasa yang kejam itu. Melihat keadaan ibunya, Timun Mas meminta ibunya agar merelakan dirinya menjadi santapan raksasa. Kemudian Mbok Sri pergi menemui seorang kakek yang sakti tinggal di gunung. Kakek sakti itu memberikan benih mentimun, sebuah duri, sebutir garam, dan sepotong terasi.
Seminggu kemudian, raksasa itu datang lagi. Kali ini, si raksasa sudah tidak dapat menahan emosinya. Kakinya yang besar, di hentak ke tanah sehingga bumi bergetar. Pada saat itu, Timun Mas sudah keluar rumah melalui pintu belakang. Ia membawa semua benda yang di berikan oleh kakek sakti dari gunung itu. Saat akan kembali ke hutan, si raksasa melihat Timun Mas berlari dari belakang rumah, dikejarnya Timun Mas.
Walau panik, Timun Mas masih mengingat perintah ibunya untuk melempar sebutir benih mentimun. Benih mentimun itu langsung berubah menjadi lading mentimun dengan buah yang besar-besar. Karena kelaparan, si raksasa memakan mentimun-mentimun di ladang itu. Setelah kenyang, ia kembali mengejar Timun Mas. Walau perutnya yang kekenyangan membuat jalannya menjadi lambat, raksasa itu tetap dapat mengejar Timun Mas karena langkah kakinya yang panjang.
Saat si raksasa sudah dekat, Timun Mas melemparkan sebuah duri. Duni itu berubah menjadi sebuah hutan bambu. Hutan bambu itu memperlambat jalan raksasa itu, tubuhnya pun menjadi penuh luka karena tertusuk batang bambu.
Namun, raksasa itu tidak menyerah. Ia tetap mengejar mangsanya. Kali ini, Timun Mas melemparkan sebutir garam. Garam itu berubah menjadi sebuah lautan yang luas. Raksasa itu harus berenang untuk mengejar Timun Mas. Ia berhasil, tetapi tubuhnya sudah sangat lelah.
Raksasa itu terus mengejar Timun Mas walau sudah kelelahan. Timun Mas melempar sepotong terasi. Kali ini, terasi tersebut berubah menjadi lumpur hisap. Raksasa itu berteriak meminta tolong saat tubuhnya terhisap lumpur. Tubuh raksasa yang besar tidak mampu melawan hisapan lumpur, karena kelelahan ia pun tewas terhisap lumpur. Maka, tamatlah riwayat raksasa jahat itu. Setelah bebas dari raksasa jahat itu.
Kehidupan Timun Mas dan Mbok Sri membaik, Timun Mas bertemu dengan seorang pangeran dari negeri seberang. Pangeran itu pun jatuh cinta kepadanya, dan akhirnya mereka pun menikah. Timun Mas dan Mbok Sri kemudian diboyong oleh pangeran itu ke istananya, dan mereka pun hidup bahagia selamanya.